Wednesday, September 16, 2015

Sixth Page of Senior High School

Hai kawan semua! Kali ini gua mau ceritain kegiatan luar sekolah Sanur selain PDK yang sudah menjadi tradisi setiap sekolah yaitu Live in!  Sebenernya apa itu live in? Live in itu adalah kegiatan dimana kita pergi ke desa dan tinggal di sana bersama penduduknya selama beberapa hari. Live in di setiap sekolah berbeda-beda, ada yang kelas 10, 11, maupun 12. Kalau di Sanur, live in itu diadakan pas kelas 11. Sejauh ini, gua udah ngalamin 2x live in yaitu kelas 8 dan kelas 11. Biasanya SMP lain ga pernah ngadain live in. Mereka baru ngadain live in pas SMA. Tapi ya itulah Sanur, unik. Kedua live in itu memberi kesan yang tak terlupakan sampai sekarang, kesan yang lebih unik dibanding yang didapatkan oleh orang lain.

Biasanya live in diadakan pada akhir tahun pelajaran, yaitu sekitar bulan Juni. Namun berbeda dengan angkatan gue (berarti angkatan gue unik!). Angkatan gue mendapatkan live in pada bulan Januari, which is memotong jam pelajaran sekolah. Sebenernya gua lebih milih bulan Juni, karena beban udah kelar semua, jadi waktunya senang-senang. Kalo bulan Januari, rasanya tuh pas pulang live in masih ada aja beban sekolah. Ditambah lagi karena beberapa hari efektif sekolah terpotong, maka guru-guru akan ngebut untuk materi-materinya, which membuat kita semua jadi panik dan ga enak. Nah, karena tadi gua bilang live in yang gua alami memberi kesan unik yang berbeda dengan yang orang lain dapatkan, so the story starts here.

Ketika gua kelas VIII, gua mendapatkan orang tua live in yang lengkap yang mempunyai 1 anak. Rumahnya juga tergolong bagus dibandingkan rumah orang lain, karena sudah menggunakan keramik. Makanannya enaknya ga ketolongan. Gua waktu itu sekamar sama temen kelas gua, yaitu Stella. Stella ini anak IPS sekarang di Sanur. Pertama-tama live in berjalan dengan sangat menyenangkan. Banyak temen-temen sekitar rumah gue sering mampir ke rumah gue karena cukup besar, enak, dan nyaman. Namun semuanya berubah ketika muncul 1 kejadian. Untung kejadian ini terjadi pada hari terakhir live in. Malam setelah diadakan perkumpulan desa, kita semua balik ke rumah masing-masing. Gua mengalami incident yang ga pernah gua lupakan sampai sekarang. Jadi ceritanya gua lagi mau ganti baju. Gua lepasin atribut-atribut yang gua pakai, lalu celana basket yang gua kenakan saat itu. Gua berencana untuk meletakkan celana basket yang sudah kotor itu di satu kantong plastik yang sudah berisi banyak baju kotor lainnya. Kantong plastik itu berada di belakang tas ransel gua yang super gede dan kokoh. Otomatis gua nunduk di depan tas itu dan berusaha memasukkan celana tersebut ke dalam kantong plastik di belakang tas. Namun, hal yang tidak diinginkan terjadi. Gua tiba-tiba ga seimbang, lutut gua mengenai tas super kokoh itu, dan gua terjatoh ke ranjang. Kaki gua serasa ga bisa digerakkan dan sangat kram. At first gua ga melihat keanehan di kaki gua, sampai akhirnya gua melihat bahwa lutut gua menjadi kotak (harusnya bulet kan ya HAHAHA). Sebelumnya di sekolah ada 1 teman yang mengalami dislokasi lutut juga, dan gua membayangkan betapa menyeramkannya itu. Dan sekarang karena gua yang kena, gua ketawa kenceng banget. Tapi perasaan takut dan gelisah juga menghantui gua. Untung ada Stella, teman sekamar gua, dia bantuin gua buat manggil guru-guru yang masih berkeliaran di luar seusai pertemuan tadi. Kaki gua masih menggantung tanpa tumpuan, sambil duduk di pinggir ranjang. The second problem is, karena gua udah melepaskan celana gua, maka gua otomatis cuma pakai celana dalam kan. Gamungkin banget guru-guru melihat gua hanya pakai celana dalam. Jadi akhirnya kaki gua diselimuti oleh sarung gitu. Nah beberapa saat kemudian Stella datang bersama dengan beberapa guru, diantaranya guru olahraga yang pastinya udah jago dalam menangani hal ini. Kaki gua perlahan-lahan digerakkan dan diletakkan di ranjang, lalu lutut gua diiket dengan kain sambil di kasih semacem bubuk-bubuk gitu, dan lutut gua dikembalikan ke posisi semula. Harusnya orang nangis ya, tapi gua ketawa karena gua merasa sangat lucu. Cuma gara-gara kena tas, lutut gua bisa dislokasi. Hal ini membuktikkan bahwa lutut gua sangat lemah HAHAHAHA. Besoknya itu semuanya bakal ke Malioboro, dan ketika gua di Malioboro, gua jalan dengan tertatih-tatih (untung masih bisa jalan).

Ketika gua kelas XI, gua kembali mengikuti live in. Gua mendapatkan keluarga yang tidak lengkap, yaitu cuma ada nenek dan seorang cucu. Rumahnya juga jauh lebih jelek daripada rumah live in gua kelas VIII. Gua sekamar dengan teman berbeda kelas yaitu Nydia. Dia anak Bahasa. At first live in berjalan dengan sangat menyenangkan. Kali ini, giliran gua yang main ke rumah orang lain yang lebih enak lol. Kita juga ikut berbelanja di pasar pagi-pagi, dan melewati sawah yang sangat panjang, dan memakan waktu cukup lama. Padahal rumah kita itu yang paling dekat dengan pasar lho. Kita juga ke gereja pada hari minggu. Namun lagi-lagi, ada aja kejadian yang menimpa gua. Gua demam tinggi lol. Sampe-sampe gua dibawa ke rumah sakit deket gereja, diboncengin Bu Rari. Gua dikasih cukup banyak obat dan bertemu beberapa teman lain yang sakit juga. Tapi untungnya dalam beberapa hari gua udah mendingan, dan ya gua bisa pulang dengan kondisi badan yang normal dan jalan-jalan ke Borobudur dengan sehat. Jadi setelah live in selesai, satu angkatan semua ke Borobudur. It's my first time there. Bu Rari sendiri sering bangga-banggain Borobudur, and I always wonder how good it is. But after I got there, yeah it's good, tapi ga se-wah yang bu Rari ceritain. Ini beberapa foto gua saat di Borobudur.


    



 I missed XI IPA 1.