Friday, June 27, 2008

Mainan Tradisional anak-anak Indonesia

Tingkat kecerdasan anak-anak kita sekarang sungguh mengalami lonjakan yang
sangat luar biasa bila dibanding dengan anak-anak kita pada masa lalu. Nilai
rapor anak-anak kita sekarang umumnya mendapatkan angka delapan ke atas.
Kecerdasan ini merupakan salah satu dari stimulan dari kebiasaan mereka
melakukan penguasaan teknologi canggih sekarang, seperti permainan video
game, nintendo, vcd, compacdisc, keyboard dan permainan modern canggih
lainnya.

Meningkatnya tingkat kecerdasan anak-anak kita ini, agaknya meninggalkan
''borok'' yang amat teruk di tengah masyarakat kita sekarang. Tengok saja,
nyaris tiada hari anak-anak kita melakukan tindak kriminal seperti melakukan
pencurian, tawuran, terlibat minum-minuman keras. Malahan di antara
anak-anak kita juga sudah berani melakukan tindak pembunuhan, contoh
terakhir yang mengiris hati adalah ''Kasus Medan'. Seorang anak dengan
sadisnya membunuh orang tuanya dan saudara-saudaranya.

Ilustrasi ragam jenis tindak kriminal tersebut merupakan dampak paling nyata
dari hasil buah permainan modern yang direguk anak kita. Alat permainan
modern memang mampu meningkatkan kecerdasan otak anak kita. ''Tapi dengan
alat permainan modern itu ada aspek yang tertinggal yaitu perkembangan
sosial, emosional, kemampuan perasaan menahan diri sendiri dan terhadap
orang lain,'' kata pakar psikologi anak, Dr Seto Mulyadi kepada Republika,
Rabu (10/3).

Pada tahap selanjutnya, menurut Kak Seto, panggilan Seto Mulyadi, menjadikan
anak kita mudah strees, tegang, tampil agresif, dan marah. ''Kenakalan anak
kita seperti terjadinya tawuran pelajar itu merupakan akumulasi dari semua
beban psikologi yang disandangnya itu,'' ungkap Kak Seto yang juga Ketua
Yayasan Nakula-Sadewa, institusi bagi anak kembar di tanah air.

Sementara kondisi psikologi anak seperti itu, nyaris tak mendapatkan
perhatian yang serius dari orang tua mereka. Itu lantaran orang tua sibuk
dengan aktivitasnya untuk melakukan bisnis dan mengejar karier di kantor.
Malahan, orang tua kerap memaksakan kehendaknya terhadap anak-anaknya untuk
mengikuti kursus-kursus di luar jam sekolah.

Padahal, anak-anak sendiri sudah dibebani banyak pekerjaan rumah (PR). Baik
yang harus dikerjakan di sekolah maupun di rumah. ''Kondisi itu sungguh
memperburuk perkembangan anak,'' tuturnya dengan nada penuh prihatin.

Mengapa alat permainan modern hanya mampu meningkatkan kecerdasan semata?
Menurut Kak Seto, alat permaianan modern itu umumnya amat personal sifatnya.
Dalam bermain mereka hanya berbuat sendiri. Tidak berinteraksi sosial dan
terlibat emosional dengan teman-temannya. Kesendirian tersebut menyebabkan
perkembangan jiwa anak tidak bisa mengerti perasaan dan tidak mampu
melakukan musyawarah dengan teman lainnya.

''Yang terjadi akhirnya mereka menjadi seorang generasi yang egois. Mereka
enggan mengerti dan memahami kondisi temannya. Sehingga, bila kepentingannya
terganggu, anak kita mudah marah dan mengajak berkelahi,'' papar Kak Seto.

Untuk mengembalikan format dasar watak anak kita yang bakal menjadi penerus
bangsa ini, lanjut Kak Seto, hendaknya mereka dikenalkan pada alat-alat
permainan tradisional seperti yang pernah dilakukan anak pada zaman dahulu.
Permainan tradisional itu seperti gobak sodor, engklek, sepak tekong,
culek-cublek suweng dan mainan tradisional semacamnya. Semua permainan
tradisional ini anak-anak terlibat interaksi sosial dan emosi dengan teman
lainnya.

Karena mereka terlibat dalam kondisi perasaan dengan kawannya yang lain,
maka dalam perkembangannya mereka menjadi generasi yang penuh tepo sliro
(mengerti dan memahami perasaan orang lain -- red). Selain itu, permainan
tradisional secara psikologis juga mampu mendekatkan diri si anak terhadap
alam sekitarnya dan Tuhan.

Tengok saja ketika bermain gobak sodor pada malam bulan purnama misalnya.
Mereka terlibat perasaan akan indah dan syahdunya bermain dengan
teman-temannya di bawah terang sinar rembulan. Hanya saja permainan tradisio
nal ini kini sudah dijauhi anak-anak kita. Hal ini lantaran orang tua kita
juga tak memperkenalkannya. Sehingga permainan tradisional ini sudah
'punah'.

Bila masih memungkinkan, tambahnya, hendaknya permainan tradisional yang
mengajarkan kesahajaan, kesederhanaan dan kebersamaan itu dikenalkan pada
anak-anak kita. ''Karena permainan tradisional itu mampu menyeimbangkan
perkembangan anak kita sekarang yang penuh beban ini,'' kata Kak Seto.

No comments: